Tema khutbah Jum’at kali ini adalah Menyikapi Perbedaan
ALLOH SWT telah berfirman dalam surat Al Hujurat(49):13, yang berbunyi,“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dari firman di atas, ALLOH telah menegaskan bahwa ciptaan-Nya akan selalu berbeda-beda, meski kembar sekalipun.
Namun demikian, perbedaan yang ada BUKAN (dan TIDAK BOLEH) dijadikan ajang saling ejek dan caci maki, namun harus saling melengkapi kekurangan yang ada, sehingga tercipta keharmonisan dalam hidup. Sebagai contoh, perbedaan laki-laki dan perempuan…jika disinergikan maka akan terwujud pernikahan. Selanjutnya, dalam pernikahan akan terdapat perbedaan juga, namun jika disinergikan maka akan terwujud keluarga sakinah.
Perbedaan suku (daerah) dan bangsa juga tidak boleh dijadikan ajang saling hina dan saling bunuh. Namun, mesti dijadikan sarana untuk mempelajari kebudayaan yang berbeda.
Ada tiga (3) pandangan Barat terhadap Islam:
1. Orientalis yang phobia terhadap Islam. Mereka beranggapan bahwa:
– Islam = sempalan Kristen, karena ajarannya yg mirip Kristen.
– Islam = identik dg kekerasan, ajaran Islam disebar dg pedang.
– Islam = kemanjaan diri (dg perintah jihadnya).
– Nabi Muhammad SAW = musuh Kristus.
2. Orientalis yg mengusung nilai2 kebenaran/akademis. Mereka banyak yg masuk Islam setelah ‘pencarian’ sekian lama.
3. Generalis & menguasai media massa. Mereka berpendapat bahwa kebebasan berekspresi dan berpendapat adalah segalanya. Hal ini yang baru2 ini terjadi di Denmark dan negara2 lain. Padahal sebenarnya TIDAK ADA KEMUTLAKAN, segala sesuatunya pasti ada BATASAN.
Eropa dan Amerika Serikat seringkali memaksakan demokrasi versi mereka, akibatnya tidak ada harmonisasi antara Barat – Timur, Barat – Timur Tengah. Padahal, demokrasi yg dipaksakan tersebut sebenarnya demokrasi dg standar ganda, karena di satu sisi mereka menjunjung tinggi, di sisi lain mereka justru menginjak2.
Perbedaan agama TIDAK ADA TOLERANSI DALAM MENJALANKAN SYARIATNYA. Namun, untuk hubungan sosial, tidak ada masalah, malah mesti tolong menolong meski berbeda keyakinan. Hal ini dikarenakan pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial.
*Khutbah Jum’at lainnya bisa diakses di http://khutbahjumat.wordpress.com/*
tolong tampilkan secara lengkap isi khutbah jum’at
akhi Harun bisa ambil sendiri di sini.
Komentar oleh muhamad harun — Maret 16, 2006 @ 4:49 am |
tampilkan yg lemgkap donk dari pembuka sampe penutup khotbah
Komentar oleh Radito — Maret 14, 2009 @ 7:48 pm |