Blog Tausiyah275

Agustus 12, 2005

Hadits-Hadits Palsu Bulan Rajab

Filed under: Hadits,HOT NEWS — Tausiyah 275 @ 9:45 pm

Ini dari Milist Tetangga, Hanya untuk mengingatkan
Kepada Kaum Muslimin dan Muslimat, bagus untuk didokumentasikan

Assalamu’alaikum wr.wb

Hari ini Sabtu, 7 Austus 2005 kita memasuki bulan Rajab. Bagi Bapak/Ibu yang suka menjalankan amalan-amalan tertentu di bulan Rajab (puasa dan shalat tertentu), sukalah kiranya membaca makalah terlampir yang menerangkan bahwa amalan-amalan tertentu yang hanya dilakukan di bulan Rajab ternyata berdasarkan hadits-hadits palsu dan hadits lemah.

Sebagaimana kita ketahui, amalan-amalan ibadah yang tidak berdasar tuntunan atau perintah Rasulullah saw akan tertolak sebagaimana disabdakan Rasulullah saw : “Barangsiapa melakukan / mengada-adakan amal perbuatan yang tidak ada perintah dari kami, maka (amal perbuatan tersebut) tertolak.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah, lafal hadits dari Muslim). Dan sabda yang lain : “….maka kalian harus berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah para Khalifah yang terpimpin lagi mendapat petunjuk (maksudnya Khalifah yang 4), gigitlah ia dengan gigi geraham (maksudnya pegang erat-erat) dan jauhkanlah diri kalian dari perkara-perkara yang baru (amalan-amalan yang tidak ada perintah Nabi) karena sesungguhnya perkara-perkara yang baru itu sesat, setiap kesesatan tempatnya di neraka.” (HR Abu Dawud, Turmudzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).

Jika dikatakan oleh ulama hadits bahwa suatu hadits itu “lemah” apalagi palsu, artinya, sabda di dalam hadits tersebut sangat diragukan merupakan sabda/perintah dari Rasulullah. Jadi apa yang terkandung di dalam hadits tersebut jangan dimalkan agar kita tidak termasuk dalam orang yang “mengamalkan perkara-perkara yang baru”. Wallahua’lam. Jika anda tidak sependapat dengan isi makalah tersebut ya silahkan saja, saya hanya bermaksud amar ma’ruf nahi munkar.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Ngudihadi

————————————————–

Hadits-Hadits Palsu Tentang Keutamaan Bulan Rajab
Terjemahan dari Kitab : Al Fawaaid Al Majmu`ah di Al Ahadiits Al Maudhu`ah
Karya : Syaikul Islam Muhammad Bin `Ali As Syaukaniy (Wafat : 1250 H)
Diterjemahkan oleh Abu Al Mundzir As Salafiy.

1. “Rajab adalah bulan Allah, Sya`ban bulan Saya
(Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam), sedangkan Ramadhan bulan ummat Saya. Barang siapa berpuasa di bulan Rajab dua hari, baginya pahala dua kali lipat, timbangan setiap lipatan itu sama dengan gunung gunung yang ada di dunia, kemudian disebutkan pahala bagi orang yang berpuasa empat hari, enam hari, tujuah hari, delapan hari, dan seterusnya, sampai disebutkan ganjaran bagi orang berpuasa lima belas hari.

Hadits ini “Maudhu`” (Palsu). Dalam sanad hadits ini ada yang bernama Abu Bakar bin Al Hasan An Naqqaasy, dia perawi yang dituduh pendusta, Al Kasaaiy- rawi yang tidak dikenal (Majhul). Hadits ini juga diriwayatkan oleh pengarang Allaalaiy dari jalan Abi Sa`id Al Khudriy dengan sanad yang sama, juga Ibnu Al Jauziy nukilan dari kitab Allaalaiy.

2. “Barang siapa berpuasa tiga hari di bulan Rajab, sama nilainya dia berpuasa sebulan penuh, barang siapa berpuasa tujuh hari Allah Subhana wa Ta`ala akan menutupkan baginya tujuh pintu neraka, barang siapa berpuasa delapan hari di bulan Rajab Allah Ta`ala akan membukakan baginya delapan pintu sorga, siapapun yang berpuasa setengah dari bulan Rajab itu Allah akan menghisabnya dengan hisab yang mudah sekali.”

Diterangkan di dalam kitab Allaalaiy setelah pengarangnya meriwayatkannya dari Abaan kemudian dari Anas secara Marfu` : Hadits ini tidak Shohih, sebab Abaan adalah perawi yang ditinggalkan, sedangkan `Amru bin Al Azhar pemalsu hadits, kemudian dia jelaskan : Dike-luarkan juga oleh Abu As Syaikh dari jalan Ibnu `Ulwaan dari Abaan, adapaun Ibnu `Ulwaan pemalsu hadits.

3. “Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Barang siapa berpuasa satu hari di bulan tersebut berarti sama nilainya dia berpuasa seribu tahun-dan seterusnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Syaahin dari `Ali secara Marfu`. Dan dijelaskan dalam kitab Allaalaiy : Hadits ini tidak Shohih, sedangkan Haruun bin `Antarah selalu meriwayatkan hadits-hadits yang munkar.

4. “Barang siapa yang berpuasa di bulan Rajab satu hari sama nilainya dia berpuasa sebu-lan penuh dan seterusnya”.

Diriwayatkan oleh Al Khathiib dari jalan Abi Dzarr Marfu`. Di sanadnya ada perawi : Al Furaat bin As Saaib, dia ini perawi yang ditinggalkan.

Berkata Al Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya “Al Amaaliy” : sepakat diriwayatkan hadist ini dari jalan Al Furaat bin As Saaib- dia ini lemah- Rusydiin bin Sa`ad, dan Al Hakim bin Marwaan, kedua perawi ini lemah juga.

Sesungguhnya Al Baihaqiy juga meriwayatkan hadits ini di kitabnya :
“Syu`abul Iman” dari hadits Anas, yang artinya :
“Siapapun yang berpuasa satu hari di bulan Rajab sama nilainya dia berpuasa satu tahun.” Di menyebutkan hadits yang sangat panjang, akan tetapi di sanad hadits ini juga ada perawi ; `Abdul Ghafuur Abu As Shobaah Al Anshoriy, dia ini perawi yang ditinggalkan. Berkata Ibnu Hibbaan : “Dia ini termasuk orang orang yang memalsukan hadits”.

5. “Barang siapa yang menghidupkan satu malam bulan Rajab dan berpuasa di siang hari-nya, Allah Ta`ala akan memberinya makanan dari buah buahan sorga- dan seterusnya.”

Diriwayatkan dalam kitab Allaalaiy dari jalan Al Husain bin `Ali Marfu`: Berkata pengarang kitab : Hadits ini Maudhu` (palsu).

6. “Perbanyaklah Istighfar di bulan Rajab. Sesungguhnya Allah Ta`ala membebaskan hamba hambanya setiap sa`at di bulan itu, dan Sesungguhnya Allah Ta`ala mempunyai kota kota di Jannah-Nya yang tidak akan dimasuki kecuali oleh orang yang berpuasa di bulan itu.

Dikatakan dalam “Adz dzail” : Dalam sanadnya ada rawi namanya Al Ashbagh : Tidak bisa dipercaya.

7. “Di bulan Rajab ada satu hari dan satu malam, siapapun yang berpuasa di hari itu, dan mendirikan malamnya. Maka sama nilainya dengan orang yang berpuasa seratus tahun dst.

Dikatakan dalam “Adz dzail” : Di dalam sanadnya ada nama rawi Hayyaj, dia adalah rawi yang ditinggalkan.

Dan demikian disebutkan tentang : “Berpuasa satu hari atau dua hari di bulan itu.”

Disebutkan juga dalam “Adz dzail : Sanad hadits ini penuh dengan kegelapan sebahagian atas sebahagian lainnya, di dalam sanadnya ada perawi perawi yang pendusta : Dan demikian diri-wayatkan : “Bahwa Nabi Shollallahu `alaihi wa Sallam berkhutbah pada hari jum`at sepekan sebelum bulan Rajab. Rasulullah Shollallahu `alaihi wa Sallam berkata : “Hai sekalian manu-sia! Sesungguhnya akan datang kepada kalian satu bulan yang mulia. Rajab bulan adalah bu-lan Allah yang Mulian, dilipat gandakan kebaikan di dalamnya, do`a-do`a dikabulkan, kesusa-han kesusahan akan di hilangkan.” Ini adalah Hadist yang Munkar.

Dan dalam hadits yang lain : “Barang siapa berpuasa satu hari di bulan Rajab, dan mendirikan satu malam dari malam malamnya, maka Allah Tabaraka wa Ta`ala akan membangkitkannya dalam keadaan aman nanti di hari Kiamat- dan seterusnya.”

Di dalam sanad hadits ini : Kadzaabun (para perawi pendusta).

Demikian juga hadits : “Barang siapa yang menghidupkan satu malam di bulan Rajab, dan berpuasa disiang harinya: Allah akan memberikan makanan buatnya buah buahan dari Sorga- dan seterusnya.”

Di dalam sanadnya : Para perawi pembohong/pemalsu hadits.

Demikian juga hadits : “Rajab bulan Allah yang Mulia, dimana Allah mengkhususkan bulan itu buat diri-Nya. Maka barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan itu dengan penuh keimanan dan mengharapkan Ridho Allah, dia akan dimasukan ke dalam Jannah Allah Ta`ala- dan seterusnya.”

Di dalam sanadnya : Para perawi yang ditinggalkan.

Demikian juga hadits : “Rajab bulan Allah, Sya`ban bulan Saya (Rasulullahu Shollallahu `alaihi wa Sallam, Ramadhan bulan ummat Saya.” Demikian juga hadits : “Keutamaan bulan Rajab di atas bulan bulan lainnya ialah : seperti keutamaan Al Quran atas seluruh perkataan perkataan lainnya- dan seterusnya.”

Berkata Al Imam Ibnu Hajar : Hadits ini Palsu.

Berkata `Ali bin Ibraahim Al `Atthor dalam satu risalahnya :
“Sesungguhnya apa apa yang diriwayatkan tentang keutamaan tentang puasa di bulan Rajab, seluruhnya Palsu dan Lemah yang tidak ada ashol sama sekali. Berkata dia : “`Abdullah Al Anshoriy tidak pernah puasa di bulan Rajab, dan dia melarangnya, kemudian berkata : “Tidak ada yang shohih dari Nabi Muhammad Shollallahu `alaihi wa Sallam satupun hadist mengenai keutamaan bulan Rajab.” Kemudian dia berkata : Dan demikian juga : “Tentang amalan amalan yang dikerjakan pada bulan ini : Seperti mengeluarkan Zakat di dalam bulan Rajab tidak di bulan lainnya.” Ini tidak ada ashol sama sekali.

Dan demikian juga, “dimana penduduk Makkah memperbanyak `Umrah di bulan ini tidak seperti bulan lainnya.” Ini tidak ada asal sama sekali sepanjang pengetahuan saya. Dia berkata : “Diantara yang diada-adakan oleh orang yang `awwam ialah : “Berpuasa di awal kamis di bulan Rajab,” yang keseluruhannya ini adalah : Bid`ah.

Dan diantara yang mereka ada adakan juga di bulan Rajab dan Sya`ban ialah : “Mereka memperbanyak ketho`atan kepada Allah melebihi dari bulan bulan lainnya.”

Adapun yang diriwayatkan tentang : “Bahwa Allah Ta`ala memerintahkanNabi Nuh `Alaihi wa Sallam untuk membuat kapalnya di bulan Rajab ini, serta diperintahkan kamu Mu`minin yang bersama dia untuk berpuasa di bulan ini.” Ini Hadits Maudhu` (Palsu).

Bid`ah-bid`ah yang menyebar di bulan Rajab antara lain :

Sholat Ar-Raghaaib.
Sholat Ar Raghaaib ini diamalkan disetiap awal jum`at di bulan Rajab.

Ketahuilah semoga Allah Tabaraka wa Ta`ala merahmatimu- bahwa mengagungkan hari ini, malam ini sesungguhnya diadakan ke dalam Din Islam ini setelah abad ke empat Hijriyah. Lihat literatur berikut ini tentang bid`ahnya sholat Raghaib :

1. “Iqtida` As Shiratul Mustaqim” : hal.283. Dan “Tulisan Ilmiyah diantara dua orang Imam ; Al `Izz bin `Abdus Salam dan Ibnu As Sholah sekitar Sholat Raghaaib.”
2. “Al Ba`itsu `Ala Inkari Al Bida` wa Al Hawaadist” : hal. 39 dan seterusnya.
3. “Al Madkhal” oleh Ibnu Al Haaj : 1/293.
4. “As Sunan wal Mubtadi`aat” : hal. 140.
5. “Tabyiinul `Ujab bima warada fi Fadhli Rajab” : hal. 47.
6. “Fataawa An Nawawiy” : hal. 26.
7. “Majmu` Al Fataawa oleh Ibnu Taimiyah” : 2/2.
8. “Al Maudhuu`aat” : 2/124.
9. “Allaalaaiy Al mashnu`ah” : 2/57.
10. “Tanzihus Syari`ah” : 2/92.
11. “Al Mughni `anil Hifdzi wal Kitab” : hall. 297- serta bantahannya : Jannatul Murtaab.
12. “Safarus Sa`adah” : hal. 150.

Sepakat `Ulama tentang hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai keutamaan bulan Rajab adalah palsu, sesungguhnya telah diterangkan oleh sekelompok Al Muhaditsin tentang palsunya hadits sholat Ar Raghaaib diantara mereka ialah : Al Haafidz Ibnu hajar, Adz Dzahabiy, Al `Iraaqiy, Ibnu Al Jauziy, Ibnu Taimiyah, An Nawawiy dan As Sayuthiy dan selain dari mereka.

Kandungan dari hadits-hadits yang palsu itu ialah mengenai keutamaan berpuasa pada hari itu, mendirikan malamnya, dinamakan “sholat Ar Raghaaib,” para ahli Tahqiiq dikalangan ahli ilmu telah melarang mengkhususkan hari tersebut untuk berpuasa, atau mendirikan malamnya melaksanakan sholat dengan cara yang bid`ah ini, demikian juga pengagungan hari tersebut dengan cara membuat makanan makanan yang enak-enak, mengishtiharkan bentuk bentuk yang indah indah dan selain yang demikian, dengan tujuan bahwa hari ini lebih utama dari hari hari yang lainnya.

Sholat Ummu Daawud dipertengahan bulan Rajab.

Demikian juga hari terakhir dipertengahan bulan Rajab, dilaksanakan sholat yang dinamakan sholat “Ummu Daawud” ini juga tidak ada asholnya sama sekali. “Iqtidaus Shiraatul Mustaqim” : hal. 293.

Berkata Al Imam Al hafidz Abu Al Khatthaab : “Adapun sholat Ar Raghaaib, yang dituduh sebagai pemalsu hadits ini ialah : `Ali bin `Abdullah bin jahdham, dia memalsukan hadits ini dengan menampilkan rawi-rawi yang tidak dikenal, tidak terdapat diseluruh kitab.”

Pembahasan Abu Al Khatthaab ini terdapat dalam : “Al Baa`its `Ala Inkaril Bida` wal Ahadist” : hal. 40.

Abul Hasan : `Ali bin `Abdullah bin Al Hasan bin Jahdham, As Shufiy, pengarang kitab : “Bahjatul Asraar fit Tashauf”.
Berkata Abul Fadhal bin Khairuun : Dia pendusta.
Berkata selainnya : Dia dituduh sebagai pemalsu hadits sholat Ar Raghaaib.

Lihat terjemahannya dalam : “Al `Ibir fi Khabar min Ghubar.” : (3/116), “Al Mizan” : (3/142), “Al Lisaan” : (4/238), “Maraatul Jinaan” (3/28), “Al Muntadzim” : (8/14), “Al `Aqduts Tsamiin” : (6/179).

Asal daripada sholat ini sebagaimana diceritakan oleh : At Thurthuusyiy dalam “kitabnya” : “Telah mengkhabarkan kepada saya Abu Muhammad Al Maqdisiy, berkata Abu Syaamah dalam “Al Baa`its” : hal. 33 : “Saya berkata : Abu Muhammad ini perkiraan saya adalah `Abdul
`Azizbin Ahmad bin `Abdu `Umar bin Ibraahim Al Maqdisiy, telah meriwayatkan darinya Makkiy bin `Abdus Salam Ar Rumailiy As Syahiid, disifatkan dia sebagai As Syaikh yang dipercaya, Allahu A`lam.” Berkata dia:tidak pernah sama sekali dikalangan kami di Baitul Maqdis ini diamalkan sholat Ar Raghaaib, yaitu sholat yang dilaksanakan di bulan Rajab dan Sya`ban.

Inilah bid`ah yang pertama kali muncul di sisi kami pada tahun 448 H, dimana ketika itu datang ke tempat kami di Baitil Maqdis seorang laki laki dari Naabilis dikenal dengan nama Ibnu Abil Hamraa`, suaranya sangat bagus sekali dalam membaca Al Quran, pada malam pertengahan (malam keenam belas) di bulan Sya`ban dia mendirikan sholat di Al Masjidil Aqsha dan sholat di belakangnya satu orang, lalu bergabung dengan orang ketiga dan keempat, tidaklah dia menamatkan bacaan Al Quran kecuali telah sholat bersamanya jama`ah yang banyak sekali, kemudian pada tahun selanjutnya, banyak sekali manusia sholat bersamanya, setelah itu menyebarlah di sekitar Al Masjidil Aqsha sholat tersebut, terus menyebar dan masuk ke rumah rumah manusia lainnya, kemudian tetaplah pada zaman itu dimalkan sholat tersebut yang seolah olah sudah menjadi satu sunnah di kalangan masyarakat sampai pada hari kita ini.

Dikatakan kepada laki laki yang pertama kali mengada adakan sholat itu setelah dia meninggalkannya, sesungguhnya kami melihat kamu mendirikan sholat ini dengan jama`ah. Dia menjawab dengan mudah : “Saya akan minta ampun kepada Allah Ta`ala.”

Kemudian berkata Abu Syaamah : “Adapun sholat Rajab, tidak muncul di sisi kami di Baitul Maqdis kecuali setelah tahun 480 H, kami tidak pernah melihat dan mendengarnya sebelum ini.” (Al Baa`itsu : hal. 32-33).

Fatwa Ibnu As Sholaah tentang sholat Ar Raghaaib, Malam Nishfu Sya`ban Dan Sholat Al -Alfiah.

Sesungguhnya As Syaikh Taqiyuddin Ibnu As Sholaah rahimahullah Ta`ala pernah dimintai fatwa tentang hal ini, lalu beliau menjawab : “Adapun tentang sholat yang dikenal dengan sholat Ar Raghaaib adalah bid`ah, hadits yang diriwayatkan tentangnya adalah palsu, dan tidaklah sholat ini dikenal kecuali setelah tahun 400 H, tidak ada keutamaan malamnya dari malam-malam yang lainnya,

Lihat Hadist-hadist ini dalam kitab yang disebutkan di atas hal.
100-101, dan hal. 439-440.

29 Komentar »

  1. Assalamu’alaikum

    wa’alaykumsalam wr wb

    Nice blog berpahala, MLP Multi Level Pahala, apa sih kelebihan blogsome dibanding blogger? Mo ikut cari pahala juga ah pake blog paling tidak buat ngingetin diri sendiri, biarpun satu ayat, ngiri deh gw ama sampeyan 🙂

    hahaha.. 🙂 kelebihan blogsome? kita bisa membuat kategorisasi, mbak Dian…jadi lebih mudah untuk memilah-milah isi/artikel untuk blog 🙂

    wah…ngiri dalam kebaikan, justru dianjurkan loh…:)

    Wassalam

    wa’alaykumsalam wr wb

    Komentar oleh dian — Agustus 14, 2005 @ 9:20 am | Balas

  2. assalamu’alaikum wr.wb.

    wa’alaykumsalam wr wb

    em trus amalan yang berdasarkan sunah rasul di bulan rajab apa saya? tolong balas ke email saya aja ya. terima kasih. jzk

    sejauh yg saya ketahui, TIDAK ADA amalan sunnah Rasululloh SAW di bulan Rajab…tetap beribadah seperti biasa saja.. 🙂

    Komentar oleh aep — Juli 26, 2006 @ 10:43 am | Balas

  3. Trims atas uraiannya yang berbau hadis palsu. Setuju saya untuk segala sesuatu yang tidak ada contohnya dari nabi saw.sebaiknya kita tinggalkan termasuk berbaik perilaku kepada kedua orang tua kita karena nabi saw. pun tidak mencontohkan.

    hahah…mas Maman bisa saja.. 🙂 coba mas Maman cek di situs ini…isinya serupa dg artikel saya ini.. 🙂

    Komentar oleh Maman — Juli 27, 2006 @ 3:39 pm | Balas

  4. Ya memang semua manusia suka ama yang gampang, gak..perlu
    bikin apa-apa dlam bulan rejab…liburan terus-terusan -nyatanya semua palsu…ya liburanlah kita..yak..ya..yak..ya. Tapikan bikin pekara yang baik Allah tetap suka…gimana ya puasa sunat juga baik, sedekah juga baik,nolong orang juga baik..lantas apa maunya kita ni…cuma yang jelas fitnah itu memang tidak baik.

    Komentar oleh zul — September 27, 2006 @ 2:24 pm | Balas

  5. assalamu’alaikum wr. wb.

    wa’alaykumsalam wr wb

    mohon maaf sekiranya saya nantinya menyakiti hati saudara. sepanjang sepengatahuan saya, rajab secara harfiyah saja artinya “KEAGUNGAN”. lalu untuk apa nabi Muhammad SAAW memberikan nama RAJAB untuk bulan ini, jikalau tidak ada keagungan yang tersimpan didalamnya.

    nama bulan Rajab sudah ada jauh sebelum Rasululloh SAW lahir… 🙂 silakan baca artikel ini.

    Dalam tiap bulan ada bulan terbaik yaitu RAMADHAN, dalam tiap hari ada hari terbaik yaitu Jum’at, dalam tiap waktu ada waktu yang terbaik, yaitu lewat tengah malam.

    khusus bulan Ramadhan, ALLOH SWT sudah menyatakan keutamannya, silakan baca lagi Al Qur’an.. 🙂

    Saya telah membaca bermacam2 kitab tentang RAJAB, dan saya temukan banyak sekali keutamaan bulan rajab.
    Bahkan syaikh Abullaits As-samarqand juga menyinggung tentang keutamaan rajab, dengan disertai hadits dan sanad yang jelas.
    Mungkinkah beredar hadits palsu sebanyak itu…….
    Karena kalau saya menghitung, maka jumlah hadits tentang keutamaan rajab ada ratusan.
    kalau hadits itu semua palsu, kemana para ulama kita, sehingga membiarkan hadits dho’if dan bahkan maudu’ berkeliaran….

    jumlah hadits palsu tidak hanya ratusan, bisa dibilang ratusan ribu bahkan jutaan. mungkin mas Nasrulloh bisa baca lagi bagaimana Imam Bukhori ‘memeras’ hadits dari yg jumlahnya (kala itu ratusan ribu) menjadi ‘hanya’ puluhan ribu (bahkan beberapa ribu saja) yg bisa dipertanggung jawabkan… 🙂

    ulama2 ke mana saja? wah, saya tidak berkompeten menjawabnya 🙂

    Terima kasih
    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    wa’alaykumsalam wr wb

    Komentar oleh Muhammad Nasrulloh Al-Jufri — Juli 14, 2007 @ 1:28 pm | Balas

  6. kirim2 dong artikelnya ke email ane, yang menjelaskan mana yang haq dan syubhat

    Komentar oleh abu hasan — Juli 18, 2007 @ 6:38 pm | Balas

  7. bagaimana dengan hadits ini?

    Sunnah berpuasa di bulan haram diriwayatkan dari kisah Mujibah al Bahiliyah, dalam hadits riwayat Abu Daud.
    Ia menemui Rasulullah saw lalu pergi. Setelah setahun berlalu, ia datang lagi dengan penampilan dan keadaan yang telah berubah. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, engkau mengenalku?” “Siapa kamu?”, tanya Rasul. Ia menjawab, “Saya Al-Bahili, yang pernah datang padamu tahun lalu.” Beliau menjawab, “Apa yang mengubah dirimu, padahal dahulu engkau berpenampilan bagus?” Ia menjawab, “Saya tidak makan selain pada waktu malam semenjak berpisah denganmu. “
    “Mengapa engkau menyiksa diri?”, tanya Rasul. Beliau lalu meneruskan, “Puasalah pada bulan sabar dan sehari setiap bulan.” Ia berkata, “Tambahkanlah karena aku kuat melakukannya.” “Puasalah dua hari.”, jawab Rasul. “Tambahkanlah.”, tawarnya. “Berpuasalah tiga hari.”, jawab Rasul. “Tambahkanlah.”, pintanya lagi. Beliau menjawab, “Puasalah di bulan haram lalu tinggalkanlah, puasalah di bulan haram lalu tinggalkanlah, puasalah di bulan haram lalu tinggalkanlah.” Beliau berkata sambil menunjukkan tiga jarinya, menggenggam lalu melepaskannya.

    mas MMBanget, hadits di atas BUKAN tentang keutamaan bulan Rajab, namun merupakan saran dari Rasululloh SAW untuk sahabat/umatnya yg gemar shaum/puasa…demikian..

    Komentar oleh mmbanget — Juli 25, 2007 @ 4:01 pm | Balas

  8. assalamualaikum
    subhanaALLah, alhamdulillahi saya jadi makin tahu mana yang di bolehkan di bulun rajab or mana yang hadis palsu, tolong dong, kirimin ke email ana tenteng hadis2 yang membolehkan amalan di bulan rajab

    Komentar oleh Rahmat — Juli 28, 2007 @ 10:17 pm | Balas

  9. assalamuaa a’alaikum…wr wb….saudara seiman…
    saya pernah baca di suatu artikel muslim yg isinya antara lain,.. berpuasa di hari isra mi’raj pahalanya sama dgn berpuasa 5 th…. bener nggak sih,.. jadi ragu,.. kalo ada yg tau tulung donk infonya… juga info keutamaan dan safaat dan keistimewaan amalan di hari isra miraj itu, terima kasih

    insya ALLOH apa yg mas Waldan dengar/baca merupakan sesuatu yg LEMAH…. demikian…

    Komentar oleh waldan — Agustus 10, 2007 @ 10:11 am | Balas

  10. (-:, wah apa yah tujuan ente bikin tulis BLOG ini, mo memecah belah? atau mau meluruskan? so apa yang anda kerjakan malam JUM-AT ? pasti enggak YASINAN yah,….
    Nonton TV atau pengajian…. (mudah2an)

    maaf kalo ada yang bilang mana ulama yang kompeten ?????
    setahu saya mereka enggak akan meladeni yang beginian secara blog? tapi kalau secara langsung argumen? lisan akan ketahuan bahwa yang bilang ini palsu dan sebagainya, hanya dapet dari jiplak saja! berapa siih hadis yang Ente hapal 1000 hadist? 10.000 hadis???

    Komentar oleh iwan — Agustus 18, 2007 @ 2:18 pm | Balas

  11. subhanallah semoga Allah SWT memberi petunjuk dan hidayah pada kita semua

    Komentar oleh samsul — Juni 30, 2008 @ 5:39 am | Balas

  12. Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Hak untuk memberikan status hukum pada sebuah hadits memang dimiliki oleh para ahli hadits, dan mereka memang telah memiliki ilmunya, sehingga apa yang mereka katakan tentang suatu hadits tentu tidak bisa dibantah begitu saja.

    Kecuali bila dibantah oleh ahli hadits lainnya, yang juga pakar di bidang ilmu hadits dan tentunya ilmunya sebanding.

    Dan nampaknya para ahli hadits memang senada ketika menilai hadits-hadits tentang keutamaan bulan Rajab dan Sya’ban. Yaitu umumnya mereka menilai hadits-hadits itu kurang kuat, tidak shahih, lemah bahka ada yang sampai ke tingkat hadits palsu.

    Lalu bagaimana sikap kita dalam masalah ini? Bolehkah kita mengamalkan hadits-hadits lemah dan palsu?

    Jawabnya boleh dan tidak boleh. Maksudnya, hadits-hadits yang lemah tapi tidak sampai ke tingkat palsu, boleh dikerjakan atau diamalakan. Syaratnya sederhana sekali, yaitu tingkat kelemahannya tidak terlalu parah. Dan isinya tidak menyangkut wilayah aqidah dan hukum halal-haram masalah syariah. Tetapi sekedar masalah fadhailul a’mal.

    Ini adalah pendapat sebagian besar ulama termasuk al-Imam An-Nawawi rahimahullah. Menurut kelompok ulama ini, selama hanya terkait dengan fadhilah (keutamaan), ajakan untuk mengerjakan hal-hal yang terkait dengan ibadah tambahan (nafilah), maka boleh bersandar kepada hadits yang derajatnya lemah.

    Akan tetapi kalau sudah pada tingkat penetapan halal dan haram, apalagi tingkat tertentu dari masalah aqidah, maka hadits lemah tidak boleh diamalkan.

    Namun ada juga sebagian ulama dari kalangan lainnya yang tetap mengharamkan kita untuk mengamalkan hadits lemah, meski hadits itu masyhur. Sebab kelemahan suatu hadits justru menunjukkan bahwa tidak bisa dipastikan bahwa sumbernya dari Rasulullah SAW. Padahal urusan ibadah tidak boleh dilakukan kecuali kalau sumbernya benar-benar 100% dipercaya datang dari Rasulullah SAW.

    Maka kesimpulan mereka, haram hukumnya beribadah dengan berdasarkan hadits yang tidak shahih.

    Adapun hadits palsu (maudhu’), semua ulama sepakat untuk tidak menerimanya, apalagi mengamalkannya.

    Puasa Bulan Rajab dan Sya’ban

    Dalam masalah puasa di bulan Rajab dan Sya`ban, kita hanya mendapatkan hadits-hadits shahih atau hasan yang menceritakan bahwa secara umum Rasulullah SAW memang banyak melakukan puasa di kedua bulan tersebut. Karena bulan Rajab termasuk bulan haram, dan puasa di bulan-bulan haram itu maqbul (diterima) dan mustahab (disukai) dalam keadaan apapun.

    Namun tidak ada riwayat yang kuat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan puasa sebulan penuh di bulan Rajab atau di bulan Sya`ban.
    Sedangkan hadits-hadits yang menceritakan bahwa kalau melakukan shalat ini dan itu di bulan Rajab maka mendapat ganjaran ini dan itu, atau siapa yang beristighfar akan mendapat ganjaran tertentu, umumnya bukanlah hadits yang kuat, bahkan kebanyakannya adalah hadits dhaif dan mungkar.

    Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Ahmad Sarwat, Lc

    Komentar oleh Muhammad Soleh — Juli 1, 2008 @ 1:24 pm | Balas

  13. Assalamu’alaykum akhi…..
    syukran atas postingannya yg amat berharga ini. Jika boleh saya ingin melink(copas) tulisan di Blog ana juga beberapa tulisan yang lain , tentunya dengan mencantumkan sumber link-nya.
    Wassalamu’alaykum
    ahmad

    Komentar oleh ahmad Irfan — Juli 5, 2008 @ 8:22 am | Balas

  14. Assalaamu’alaikum wr.wb.
    bagaimana dengan adanya istighfar Rajab? Saya sangat senang membaca istighfar tersebut walaupun bukan di bulan rajab karena isinya sangat mewakili keadaan dosa yang kita lakukan sehari-hari dan mohon ampun kepadaNya dengan setiap keadaan. Jika ada yang belum tahu istighfar tersebut silakan baca di “majmu’ Syarif” dan bacalah artinya baik2. Pertanyaan saya apakah istighfar tersebut termasuk hadist lemah atau palsu? Apakah membacanya setiap hari tidak baik dan berdosa?

    Komentar oleh Najih Nahali — Juli 17, 2008 @ 10:45 pm | Balas

  15. Tambahan, saya sering menangis jika berisitighfar dengan istighfar tersebut saking kenanya di hati. Terima kasih…

    Komentar oleh Najih Nahali — Juli 17, 2008 @ 10:47 pm | Balas

  16. Assalamualaikum wr.wb.
    Kuk saya kurang paham y? bukankah dari dulu tu mank ada puasa rajab gt?soalnya banyak ulama terkemuka yang menganjurkan puasa d bulan ini. bukankah ulama itu panutan kita.nah klu mereka salah lalu gimana dunk

    Komentar oleh ana — Juli 26, 2008 @ 4:46 pm | Balas

  17. Assalamu’alaikum.. Artikel yg menarik dan sgt informatif.. Bolehkah saya co-paste utk berbagi dg teman2 saya? thanks sebelumnya.

    Komentar oleh riesza — Juni 25, 2009 @ 2:01 pm | Balas

  18. Kebohongan dan kejahilan org2 yg mengatakan hadis2 bln Rajab itu palsu. Ingin diskusi ilmiah soal ilmu hadis dan argumen logis, silahkan bergabung group berikut ini:
    http://www.facebook.com/group.php?gid=55699992009

    Komentar oleh H. Nawawi — Juni 26, 2009 @ 6:27 am | Balas

  19. Niat puasa sunnah aja di bulan Rajab, insya Allah maqbul…bukankah puasa sunnah juga sering diamalkan rasulullah bahkan dianjurkan ?
    Untuk bacaan istigfar di bulan Rajab, bukankah Allah senang akan hamba2nya yang suka minta ampunan ? (istigfar)
    Boleh tidak percaya kepada fadilah2 di bulan Rajab karena hadits2 yg kurang kuat (atau bahkan palsu), namun amalan2nya tidak ada yang bertentangan, kalaupun dikatakan bid’ah, itu merupakan bid’ah hasanah. Bagi yg mau mengamalkan silahkan, mudah2an mendapat faedah. Bagi yang tidak mau juga tidak mengapa, asal jgn mengatakan (apalagi mengkafirkan) sesat orang yg mengamalkan… (wallahu a’ lamu bishawab).

    Komentar oleh Jack — Juni 26, 2009 @ 6:41 pm | Balas

  20. assalamualikum warahmatullahi wabarakatu
    trima kasih banyak ats pemberi tahuannya tentang hadits-hadits palsu seputar ibadah buan rajab,
    tolong dong sekalian kirim ke sy ibadah2 berdasarkan hadits-hadits palsu seputar keuatamaan bulan2 yang lain karaena saya seoarang tolabul ilmu sangat anti
    #beribadah berdasarkan perasaan bukan ilmu
    #beribadah berdasarkan orang yng melakukannnya banyak
    #beribadah dng taqlik kepada suatu kelompok atau ulama
    #dan beribadah sedangkan kita ga tau asal-usul ibadah itu
    wassalamualikum warahmatullahi wabarakatuh

    Komentar oleh al-mizan — Agustus 3, 2009 @ 9:26 pm | Balas

  21. Puasa bulan Rojab tiga hari

    Amalan puasa bulan Rojab yang TIGA HARI :
    (Jami’ush Shoghir jilid II bab huruf (shod) halaman 75)

    Dilaksanakan pada tanggal 1 – 2 – 3 bulan Rojab
    Qola Rosululloh SAW : Shoumu awwala yaumin min rojabi kaffaarotu tsalaatsata siniin watstsaani kaffaarotu sanatain wasatstsaalitsu kaffaarotu sanatin (‘An Nas)
    Bersabda Rosululloh SAW : “Berpuasa awal hari bulan Rojab menutup dosa tiga tahun, dan hari kedua, dua tahun, dan hari ketiga, satu tahun”

    ini dari web sebelah, apakah hadis ini juga palsu??

    (dari kecil saya sudah terbiasa puasa rajab dan saya akan trus melakukan (isyaAllah) karena puasa bulan rajab dan sya’ban saya buat latihan berpuasa sebelum menghadapi jihat sebenarnya yaitu bulan ramadhan dan saya jadikan syukur saya untuk menjemput bulan ramadhan. untuk yang sudah terbiasa puasa rajab teruslah puasa untuk mencari ridho illahi, pasti Allah akan membalasnya apa yang kamu lakukan)

    Komentar oleh fazal — Juni 8, 2010 @ 4:27 pm | Balas

  22. Imam Muslim meriwayatkan dalam shahih-nya[1]:

    حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ الْأَنْصَارِيُّ قَالَ سَأَلْتُ سَعِيدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِي رَجَبٍ فَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُا
    كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ .
    “Telah menceritakan pada kami Abubakar bin Abi Syaibah, telah menceritakan pada kami AbduLLAAH bin Numairih, telah menceritakan pada kami Ibnu Numair, telah menceritakan pada kami ayah kami, telah menceritakan pada kami Utsman bin Hakim Al-Anshari berkata: Aku bertanya pada Sa’id bin Jubair tentang puasa Rajab dan kami saat itu sedang berada di bulan Rajab, maka ia menjawab: Aku mendengar Ibnu Abbas -semoga ALLAAH meridhoi mereka berdua- berkata: Adalah Nabi -semoga shalawaat dan salaam senantiasa tercurah pada diri beliau- berpuasa (di bulan Rajab) sampai kami berkata nampaknya beliau akan mempuasai (bulan Rajab) seluruhnya, lalu beliau tidak berpuasa sampai kami berkata: Nampaknya beliau tidak akan mempuasai (bulan Rajab) seluruhnya

    Komentar oleh ludy — Juni 13, 2010 @ 4:26 am | Balas

  23. terimakasih banyak informasinya, alhamdullilah

    Komentar oleh mahmudin ashar — Juni 15, 2010 @ 8:28 pm | Balas

  24. ass. ilmu sudah disampaikan, silahkan menyimpulkan sendiri. karena manusia diberi akal yang membedakannya dengan mahluk lain. kata-kata yang baik, insyaallah berpahala. amin

    Komentar oleh nisye — Juni 16, 2010 @ 8:39 am | Balas

  25. sdh amal kurang,,, orang beramal dibilang bid’ah lagi,, dasar pemalas…., ga usah ajak-ajak orang dong….

    Komentar oleh azi — Juli 11, 2010 @ 5:19 pm | Balas

  26. jangan asal bilang hadist palsu/bidah mas…ulama dulu bukan asal buat hadist.MEREKA melalui sanad&PEMIKIRAN MATANG dasar mas… bukan asal2an…

    Komentar oleh ahmad — Mei 24, 2011 @ 5:28 pm | Balas

  27. […] Saya pernah memuat artikel mengenai hadits2 palsu ttg bulan Rajab. […]

    Ping balik oleh Ajakan Puasa (Khusus) di Bulan Rajab Tidak Ada Dalilnya! « Blog Tausyiah275 — Mei 22, 2012 @ 9:06 pm | Balas

  28. […] milik اَللّهُ, Syaban bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” adalah salah satu hadits palsu bulan Rajab. Sayangnya hadits ini cukup sering disampaikan para khatib ataupun […]

    Ping balik oleh Khutbah Jum’at – 20130531 | Kumpulan Khutbah Jum'at — Agustus 6, 2013 @ 7:07 am | Balas


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar