Blog Tausiyah275

Desember 31, 2006

Kisah Berhaji (01)

Filed under: Dari Inboxku,Hikmah — Tausiyah 275 @ 5:28 pm

Sebelumnya aku sudah muat artikel berhaji juga (artikel pertama, kedua, ketiga, dan keempat). Nah, kebetulan aku dapatkan lagi artikel serupa, tentang berhaji. Aku muat berseri, karena cukup panjang…agar tidak bosan membacanya. 🙂

dari: M Yusuf Siregar

Bahan bacaan dan cernaan otak kiri dan kanan.
( Subhanallah…..nice story…:)

1.Latar Belakang

Prinsip utama saya sejak beranjak dewasa sampai sebelum perjalanan umroh ini adalah : “Tak ada keajaiban”. Segala sesuatu harus masuk logika, masuk akal, dan jauh dari hal-hal yg tak masuk akal. Segala sesuatu mesti ada penjelasan ilmiahnya.

Oleh karena itu pandangan saya selalu mengacu kepada konsep hukum-hukum fisika, sosial, dan hukum psikologi. Tak ada kejadian yg pernah bisa melanggar hukum alam. Setiap pohon pisang akan berbuah pisang, setiap mahluk hidup mempunyai siklus biologi sesuai spesisnya, setiap apapun didunia ini tidak ada yg bisa lepas dari hukum absolut alam semesta. Takkan pernah ada cimpedak berbuah nangka kecuali dalam sajak. Takkan pernah ada orang kebal peluru. Takkan pernah ada keajaiban, keanehan, atau anomali hukum alam.

Sebelumnya saya hanya tertawa mendengar cerita-cerita keajaiban ataupun kejadian luar biasa yg kerap terjadi pada orang yg melakukan ibadah haji atau umroh di tanah suci. Mungkin itu hanya kebetulan, atau mungkin itu hanya bohong belaka.

Sehingga kajian saya mengenai telaah agama islam, selalu mengacu kepada analisa, sentesa, konseptual, dan hipotesa. Pendeknya, tak ada alat yg saya miliki untuk telaah tsb selain metode ilmiah, sampai saya dipaksa harus menyadari instrumen lain yg sesungguhnya ada dan tak pernah saya gunakan.

2. Perjalanan I : Jkt-Jeddah

Saya berangkat dengan apa adanya menuju Jeddah. Instruksi saya kepada secretaries yg membooking perjalanan untuk mengambil paket yg paling murah, paling singkat, dan paling efisien. Boleh dikata niat saya bukan untuk ibadah, tapi untuk sebuah hipotesa.

Diperjalanan, saya bertemu dengan seorang Haji yg telah beberapa kali berhaji dan berumroh, Bp H Tabrani (63), mantan walikota Jakarta Timur, kelahiran Aceh.

Kamipun terlibat diskusi dipesawat. Saya katakan bahwa saya datang ke Mekkah bukan untuk cari umur panjang, rejeki, kemakmuran, kekayaan, dsb. Saya katakana saya hanya ingin mencari petunjuk, hidayah bahwa Al-Qur’an adalah memang benar datangnya dari Allah dan bukan konsepnya Muhammad. Saya ingin tahu hipotesa saya benar atau salah.

H.Tabrani berkata, ” Insya Allah you akan dapat semua itu. Namun semua akan tergantung dari cara you memandangnya, apakah fenomena itu adalah sebuah petunjuk, atau hanya sebuah kebetulan “.

2.1 Kejadian 1

Beberapa saat setelah beliau bicara, tiba-tiba mesin pesawat mati satu. Penumpang pun diharap kembali ketempat duduk masing-masing dan memasang sabuk pengaman. Penerbangan baru berlangsung 45 menit. 5 menit kemudian kedua mesin Boeing 747 disayap kiri mati. Pilot pun memberitahukan bahwa pesawat harus kembali ke Airport Soekarno Hatta.

Kemudian pesawat mengalami turbulens yg menyeramkan disertai jeritan penumpang, sementara saya melihat kejendela pembuangan bahan bakar mulai dilakukan. Ini merupakan pemandangan yg sama sekali tidak menyenangkan.

Saat itu saya mulai takut dan berfikir tentang kematian. Berkali-kali saya terbang, baru kali ini mengalami kejadian yg demikian. Apakah tempat yg saya tuju memang luar biasa? Ataukah ini hanya kebetulan saja?

Dengan sisa mesin dan kekuatan yg ada, pesawat terbang miring dan mendongak, sementara yg saya lihat dibawah hanya lautan lepas. Namun akhirnya pesawat dapat mendarat di Soekarno Hatta dengan selamat, diiringi beberapa mobil pemadam yg siap siaga.

Kami semua di inapkan di Horison Hotel-Ancol.
Di Hotel diskusi saya dengan Bp H Tabrani berlanjut.
Saya tanya (Aca):” Pak Haji, kok susah bener ya mau ke Mekkah aja? Baru kali ini saya saya naik pesawat kayak begini”
H Tabrani : ” You kurang niat kali… ini khan bukan perjalanan biasa”.

Aca : “Apanya yg luar biasa. Secara teknis tetap sama”
H Tabrani : ” Wah…you boleh pilih, melihat ini sebagai sebuah Kebetulan, atau sebuah kebesaran Allah! ”

Aca : ” Tapi Pak, kenapa kalau Allah mau kasih pelajaran Semua satu pesawat terkena getahnya, padahal khan Ada penumpang lain seperti Bapak yg sudah berniat bulat umroh tetapi juga batal “.
H Tabrani : ” Andry…you khan tahu tidak semua penduduk Indonesia bobrok mentalnya, tetapi, jika Allah mau kasih pelajaran khusus – hampir seluruh rakyat Indonesia terkena dampaknya”. ” Bisa jadi karena you dengan niat hipotesa atheis itu – kita semua satu pesawat terkena akibatnya”. “Coba dech.. you pikirin ! ”

Akhirnya saya mulai tafakur, mencoba untuk merendahkan hati, sholat isya’ – dan membaca niat untuk umroh. Saya mulai membuka-buka buku-buku petunjuk menjalankan umroh. Walau saya jarang (hampir tidak pernah) berdo’a, saya baca-baca do’a nya.

2.2 Kejadian 2

Esoknya kami berangkat dengan pesawat lain. Dan ketika itu saya melonjak kegirangan, karena saya di up-grade ke first class. Waduh, enak juga, 10 jam terbang tanpa harus berdesakan dengan fasilitas lainnya yg tidak sama dengan economi.

Tiba-tiba H Tabrani datang, ” Wah you koq disini ?
Aca : ” Alhamdulillah saya di up-grade Pak ”

H Tabrani : ” Waduh…enak benerrrr, you udah niat umroh ? ”
Aca : ” Udah Pak, semalam saya tafakur, berdo’a dan membaca niat ”

H Tabrani : “Bagus kalau begitu. You sekarang melihat kan Allah bisa memberikan imbalan kenikmatan secara Langsung ”
Aca : “Loh tapi Pak Haji, ini khan petugas maskapai yg Ngatur!?”

H Tabrani : ” Bukan ! ini Allah yg ngatur, melalui tangan petugas”
Aca : ” Wah ini mungkin hanya kebetulan saja Pak! Nggak masuk akal kalo Cuma karena niat, saya langsung diberi kenikmatan oleh Allah “.

H Tabrani : ” OK… khan saya sudah bilang dari kemarin, semua Terserah you saja, apakah you mau melihat dengan Kacamata kebetulan, atau kacamata iman !”

H Tabrani pun mulai sewot dengan saya. Entah karena nggak di up-grade atau karena sikap saya yg dianggapnya wangkeng.

(bersambung ke seri kedua…kejadian 3)

5 Komentar »

  1. bagus kang fahmi. ditunggu episode selanjutnya

    Komentar oleh cahyo — Januari 2, 2007 @ 8:43 am | Balas

  2. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak penulis, juga sempat terpikir oleh saya saat membaca baris demi barisnya.
    Saya jadi ingin tahu kelanjutan ceritanya.

    Komentar oleh erda — Januari 3, 2007 @ 8:58 am | Balas

  3. kirim langsung semua aja biar bisa langsung di-forward ke muslim lainnya

    Komentar oleh irwanto — Januari 4, 2007 @ 12:25 pm | Balas

  4. Luar biasa.

    Komentar oleh rakmat — November 6, 2009 @ 1:07 pm | Balas

  5. […] tentang haji bisa dilihat di sini: – Kisah Berhaji – Tujuh Kali Naik Haji Tapi Tidak Melihat Ka’bah – Belum Haji Sudah […]

    Ping balik oleh Rukun Islam « Blog Tausiyah275 — November 24, 2012 @ 5:09 am | Balas


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar