Blog Tausiyah275

September 6, 2005

BID’AH

Filed under: Ensiklopedia Islam — Tausiyah 275 @ 12:04 pm

Beberapa waktu lalu aku sudah membahas definisi+terminologi dari SUNNAH, kini aku berusaha mengupas baik dari awal maupun lebih mendalam apa yg dimaksud BID’AH. 🙂

Kita sering menemukan istilah bid’ah yg berhubungan ibadah. Ini tidak sepenuhnya salah, karena pada dasarnya bid’ah memang terkait dengan pelaksanaan ibadah, baik berupa tata tertib, etika, rukun, dst dst.

Beberapa ulama besar mendefinisikan bid’ah sebagai berikut:
“Cara beragama yg dibuat-buat, yg meniru syariat, yg dimaksudkan dengan melakukan hal itu sebagai cara berlebihan dalam beribadah kepada ALLOH SWT.”

Dengan berdasar definisi di atas, maka tidak heran bahwa bid’ah terkait dengan ibadah. Rasululloh SAW sendiri menyatakan dalam sebuah hadits:
“Sapa yg menciptakan hal baru dalam ajaran agama kita yg bukan bagian darinya, maka perbuatan tsb tertolak.”
hadits lainnya:
“Siapa yg menciptakan hal baru dalam urusan(ajaran agama)kita,yg bukan bagian darinya, maka perbuatannya itu tertolak.”

Berkenaan dg perbuatan bid’ah, yg terkait dg ibadah, ada 2 hadits yg saling melengkapi dan PATUT dijadikan rujukan bagi kita untuk beribadah.
1. “Sesungguhnya keabsahan segala amal ibadah ditentukan oleh niat.”
2. “Siapa yg menciptakan hal baru dalam urusan(ajaran agama)kita,yg bukan bagian darinya, maka perbuatannya itu tertolak.”
dengan 2 hadits tsb, maka agar amal ibadah seseorang diterima oelh ALLOH SWT, harus dipenuhi hal2 berikut:
1. meniatkan amal perbuatannya semata-mata demi ALLOH SWT (ikhlas), dan
2. amal ibadah dilakukan sesuai dengan syariat.

Imam al-Fudhail bin Iyadh, saat ditanya tentang ibadah yg baik dan benar, beliau menjawab,”Suatu amal ibadah, meskipun dikerjakan dengan ikhlas, namun tidak benar maka amal itu tidak diterima oleh ALLOH SWT. Kemudian, meskipun amal ibadah itu benar, namun dikerjakan dengan tidak ikhlas, juga tidak diterima ALLOH SWT. Amal ibadah baru diterima jika dikerjakan dg ikhlas dan benar. Ikhlas = dikerjakan semata untuk ALLOH SWT, benar = sesuai tuntunan Sunnah.”

Sebagaimana telah aku uraikan di atas, bid’ah hanya BERLAKU DALAM HAL IBADAH. Dengan kata lain, komputer, celana panjang, handphone, dst dst TIDAK TERGOLONG DALAM HAL BID’AH. Kita seringkali mencampur adukkan bid’ah agama dg kehidupan sehari-hari, termasuk di dalamnya adalah perbuatan2 sehari-hari Nabi. Seringkali kita menggolongkan SEMUA perbuatan sehari-hari Nabi sebagai sunnah, padahal seperti yg telah aku tulis di sunnah, yg termasuk sunnah Nabi hanyalah yg terkait dg IBADAH.

Contoh pencampuradukan perbuatan Nabi yg dianggap sunnah namun sebenarnya bukan, terdapat pada ilustrasi berikut, “Rasululloh SAW senantiasa melakukan sholat sunnah 2 raka’at sebelum subuh. Selesai sholat sunnah, beliau berbaring dengan memiringkan tubuhnya ke kanan. (HR Bukhari)” Aisyah r.a. sendiri sudah menyatakan bahwa Rasululloh SAW berbaring bukan untuk mencontohkan perbuatan sunnah, namun semata karena beliau lelah setelah sepanjang malam beribadah sehingga beliau perlu beristirahat sejenak.

Kemudian ttg kesukaan beliau terhadap labu, daging kaki depan, dst dst. Apakah kesukaan beliau ini = sunnah? JELAS BUKAN. Oleh karena itu, jangan sampai tertukar sunnah ibadah dg perbuatan sehari-hari Rasululloh.

Hal salah paham lainnya adalah makan dg sendok-garpu. Hanya saja, yg perlu diperhatikan dg baik adalah TATA CARA MAKAN. MAKAN DENGAN TANGAN KANAN ADALAH SUATU KEHARUSAN YG TIDAK BISA DITAWAR. Ini sesuai dg hadits “Bacalah nama ALLOH, Nak, kemudian makanlah dg tangan kananmu, dan makanlah makanan (hidangan) yg dekat dg kamu.”
hadits lainnya:
“Hendaklah kalian tidak makan dan minum dengan tangan kiri kalian karena setan makan dan minum dg tangan kirinya.”

Adapun jika ada seseorang yg ingin mencontoh Rasululloh dalam segala aspek kehidupan, kita tidak boleh melarangnya, barangkali itu bukti wujud kecintaan terhadap Rasululloh SAW, semoga dia mendapatkan pahala dari perbuatannya. Hanya saja, jika org tsb MEMAKSAKAN dan MEWAJIBKAN terhadap orang lain karena MEYAKINI BAHWA HAL TSB BAGIAN DARI IBADAH, kita mesti mengingatkannya. 🙂

Hanya saja, sesuatu yg baru BELUM TENTU termasuk dalam bid’ah. Misalnya:
1. penulisan+pengompilasian Al Qur’an menjadi 1 mushaf seperti saat ini.
2. tindakan Umar r.a. yg menyatukan orang2 yg sholat tarawih ke dalam 1 jama’ah sholat. (dalam riwayat ini, Umar mengatakan bahwa tindakan ini merupakan bid’ah yg paling baik. Harap diperhatikan bahwa bid’ah di sini bukan dalam hal syariat, karena pada jaman Rasululloh sendiri tarawih berjamaah pernah dilakukan.)

Beberapa alasan mengapa Islam SANGAT MENENTANG bid’ah:
1. Pembuat dan pelaku bid’ah mengangkat dirinya sebagai pembuat syariat baru dan sekutu bagi ALLOH SWT. Ini berarti seakan-akan si pembuat dan pelaku bid’ah lebih tahu, dalam urusan ibadah, dari ALLOH SWT dan Rasululloh SAW. Bid’ah telah dilakukan oleh agama Kristen dan Yahudi, sebagaimana dicantumkan di at-Taubah(9):31.
2. Pembuat bid’ah memandang agama belum lengkap dan bertujuan melengkapinya. Padahal melalui al-Maa’idah(5):3 ALLOH SWT telah menyatakan bahwa agama Islam sudah disempurnakan-Nya. Hal ini berarti pembuat dan pelaku bid’ah MENENTANG ALLOH SWT. (hehehe..mungkin sedikit berlebihan, tapi ini menunjukkan bahwa bid’ah BENAR2 DITENTANG…!!)
3. Praktek bid’ah akan mempersulit agama dan mengilangkan sifat kemudahannya. Islam yg diturunkan ALLOH SWT pada dasarnya HANIFAH SAMHAH ‘agama yg orisinal dan mudah dijalankan’. Hal ini diperkuat di al Baqarah(2):185, al Hajj(22):78. Para pembuat dan pelaku bid’ah membuat agama Islam menjadi sulit dilaksanakan. Sebagai contoh ttg doa wudhu. TIDAK PERLU MEMBERATKAN DIRI DG DOA WUDHU (bacaan tiap melakukan wudhu) karena yg terpenting CARA WUDHU SUDAH BENAR, karena jika doa wudhu harus dihapalkan, berapa banyak umat Islam yg akan malas sholat karena tidak tahu doa wudhu?? Dengan kata lain, hafal doa wudhu tidak salah, namun BUKAN HAL WAJIB…!!
4. Bid’ah dalam agama mematikan Sunnah. Orang yg melakukan bid’ah biasanya akan ‘melupakan’ sunnah yg seharusnya dia kerjakan.
5. Bid’ah dalam agama membuat manusia tidak kreatif dalam urusan keduniawian. Dikarenakan terlalu sibuk mengerjakan hal2 bid’ah, manusia akan habis energinya saat berkonsentrasi di urusan dunia (kerja, beraktivitas, dst dst).
6. Bid’ah dalam agama memecah belah dan menghancurkan umat. Sebagai contoh meski bukan bid’ah, masalah qunut, betapa seringnya kita ribut hanya gara2 qunut? Bisa dibayangkan jika urusan bid’ah yg sudah mendarah daging dan turun temurun dilakukan, betapa dahsyatnya keributan yg terjadi, bahkan bisa jadi akan terjadi pengkafiran terhadap umat yg tidak melakukan bid’ah, karena gol tsb sudah menganggap bid’ah = sunnah.

So, kita mesti SANGAT HATI-HATI terhadap semua ibadah kita, jangan sampai kita sudah cape2 beribadah (yg menurut kita) sudah sesuai sunnah, namun ternyata itu semua hanyalah bid’ah. Insya ALLOH di kesempatan lain aku akan memuat tulisan-tulisan mengenai ibadah yg termasuk dalam bid’ah, sehingga kita bisa terhindar daripadanya. Amin..

15 Komentar »

  1. Ok, It’s very clear Bid’ah harus dihindari, tapi bagaimana kita bisa tahu suatu ibadah Bid’ah atau Bukan sedangkan berbagai buku berbeda pendapat tentang kekuatan Hadist pendukungnya yang satu bilang Shahih sedang buku(pengarang) yg lain bilang dhaif/palsu adakah rujukan yang bisa jadi pegangan kita….Wassallam

    yg penting, lihat dulu imam mazhabnya…selama berpegang kepada rujukan dari salah satu imam tsb, insya ALLOH aman ibadahnya.. 🙂

    Komentar oleh Ado — Oktober 27, 2005 @ 7:02 am | Balas

  2. Adakah buku rujukan yang memuat keterangan mana saja bid’ah2 yang sering dilakukan di Indonesia(termasuk Bid’ah kah Maulid,Tahlilan,Yasinan,salaman setelah shalat,do’a/dzikir bersama setelah shalat,mengusap muka setelah shalat/do’a,istighozah,dll) sebab buku yg saya dapet ternyata kumpulan bid’ah nya orang arab saja…Wass,Ado

    saya pernah membaca beberapa buku ttg bid’ah..nanti saya coba uraikan satu persatu… tunggu saja ya?? 🙂

    Komentar oleh Ado — Desember 7, 2005 @ 8:06 am | Balas

  3. iya nih cepatan biar kita pinter….ngak bodoh lagi mana yang Bid’ah dan yang ngak, serta bid’ah yang sering kita kerjakan sehari-hari dan kalau perlu dijelaskan dari mana asalnya dan kenapa….OK ditungguh…!

    hwaduh, akhi Dedy…waktu saya terbatas…tidak bisa memuat semuanya..:) saya cukup memberi gambaran awal, anda2 sendiri saja yg mencari detilnya ya?? 🙂

    Komentar oleh Dedy Gunawan — Februari 1, 2006 @ 9:17 am | Balas

  4. “Hendaklah kalian tidak makan dan minum dengan tangan kiri kalian karena setan makan dan minum dg tangan kirinya.”
    o ya? saya bukan agama islam tapi saya kidal apakah saya setan??!?!?!?

    Komentar oleh mul — September 28, 2006 @ 8:44 pm | Balas

  5. to mul (no 4) Segala puji bagi Allah, Anda masih manusia. Tapi kalau Anda diberi kesempatan melihat setan (golongan jin) makan, maka Anda akan yakin bhw hadits itu benar. Makna hadits tsb adalah jangan meniru/menyerupai perbuatan setan, BUKAN orang kidal adalah setan. Sungguh aneh cara Anda menarik kesimpulan… BTW, Anda cebok menggunakan tangan apa ya?

    Komentar oleh sulaiman — Oktober 4, 2006 @ 1:58 pm | Balas

  6. Assalamu’alaikum ikhwani rahimakumullah…..
    leh gabungkah ana?
    tolong antum cermati, fahami, selidiki kembali pemahamn bid’ah, dan ana juga mohon, jangan langsung memahami ayat al-quran, taupun hadits mentah-mentah, yang ana inginkan, antum membuktukan pendapat ulama ( salaf Sholeh, yang memang mereka diakui memiliki kapasitas yang diakui jumhurul ulama dalam memahami dalil). jadi bukan dari pemahamn antum atau ulama yang belum jelas atau tidak diakui kapasitas pemahamannya. agar kita bisa lebih arif, dan tidak sembarangan mentakfir ( mengkafirkan )hanya karena ikhtilaf. wassalamualaikum….shohibul haqir…

    Komentar oleh cak_adam — November 3, 2008 @ 9:09 pm | Balas

  7. karena dah gak asing lagi… orang yang mengatakan saudara seimannya kafir, maka cepat-cepatlah intropeksi……..coz cap seperti itu bisa jadi bumerang. wal’iyadzu billah……

    Komentar oleh cak_adam — November 3, 2008 @ 9:13 pm | Balas

  8. penulis disini menyatakan hal yang benar dan berlandasan kuat, klo mau blajar lebih banyak coba buka Pustaka Ibnu Katsir atau buku-buka yang nerupakan rangkuman penjelasan dari kitab-kitab Ibnu Katsir, saya yakin anda semua tidak meragukan kapabilitas Ibnu Katsir kan?
    Tulisan-tulisan beliau akan banyak mencerahkan, insya Alloh

    Komentar oleh erick — Januari 10, 2009 @ 9:11 pm | Balas

  9. Assalamu’alaikum…

    masalah bid’ah emang kaga bakalan pernah ada habisnya, salah satunya emang karena jarak antara zaman Rosulullah ame kita jauh banget, ampe 1400 taun lebih, jangan ke kita ke masanya sayidina Umar aja udah terjadi, seperti yang disebutin diatas yakni mushaf Alqurna ame taraweh berjamaah. Nah ane cuman mao ngomentarin sedikit aje, terutama masalah bid’ah yang bisa ngilangin kemudahan dalam ibadah dan ngeberatin yang ngelakuin ibadah, contohnye bacaan-bacaan wudhu, menurut ane nih ape salahnye kalo berat sedikit, cuman sedikit doang tibang ngapalin bacaan wudhu doang, itukan doa, doanye bagus banget lagi, bandingin tuh bacaan ame kalo kita sambil berwudhu terus ngobrol atawe mikirin yang laen, Allah udeh kasih kita begitu banyak, bahkan yang kite kaga minta Allah kasih, tibang berat sedikit aje kaga mao ngelakonin dengan alesen bid’ah lah kaga dicontohin Nabi lah, jangan kemalesen kite ibadah kite sembunyiin dibalik alesan-alesan begitu, yeh…
    jangan pade marah ye baca komentar ane, apelagi nih bulan muharam yang Allah larang kita berperang di dalemnye..

    wasalam…

    Komentar oleh Saiful Azzam — Januari 14, 2009 @ 11:48 am | Balas

  10. Klu sudah ada dalil masing2 mengenai definisi Bid`ah maka tidak usah membid`ah-bid`ahkan orang Lanaa A`malunaa Walakum A`maalukum selesai.
    wassalam.

    Komentar oleh hudaya — Mei 13, 2009 @ 2:22 am | Balas

  11. Tugas Umat Islam skarang adalah banyak belajar,belajar dan belajar, ilmu kita ini belum ada apa-apanya bersikap tawadhu sesama muslim lebih mulia dari pada kita mempersoalkan masalah yg sepele dn bisa diselesaikan akhirnya kita selalu berpikiran negatif sesama muslim kan kekuatan kita jadi lemah.

    Komentar oleh hudaya — Mei 13, 2009 @ 2:29 am | Balas

  12. Nabi Muhamad SAW adalah sebaik-baik contoh dan suri tauladan, kenapa kita menambah-nambah amalan yang bukan dari beliau. Wahai saudaraku inilah yang melemahkan iman dan Islam karena kita tidak masuk dalam Islam secara kaffah dan masih menurutkan nafsu dan akal pikiran kita. mari belajar dan terus belajar dan hindari bid’ah.

    Komentar oleh wahyu — Januari 11, 2011 @ 5:37 am | Balas

  13. […] jika TIDAK SESUAI DENGAN CONTOH RASULULLOH SAW, maka ibadah tersebut digolongkan bid’ah. Tanggapan pro dan kontra, aku tunggu di sini. Share this:FacebookTwitterLike this:SukaBe the first […]

    Ping balik oleh Malam Nisfu Sya’ban, Bid’ah-kah? « Blog Tausyiah275 — Desember 7, 2011 @ 4:52 am | Balas

  14. […] Intinya: 1. Berpikir jernih apabila mendapat info ada fatwa 2. Cek, siapa yg mengeluarkan fatwa dan apakah ada kepentingan di belakangnya 3. Jika fatwa tersebut baik, ikuti. Jika tidak cocok dg pendapat anda, jangan serta merta ditolak karena jika anda sudah lantang menolak suatu fatwa dan ternyata di masa depan anda merasa dan meyakini fatwa tersebut benar, apa anda mau utk menerima dan melaksanakan fatwa tersebut? 4. Ulama juga manusia, ada kesalahannya. Tapi menolak setiap fatwa/informasi yg disampaikan ulama bisa membuat anda tersesat. Kesesatan dalam ibadah akan membahayakan anda, karena bukan saja ibadah anda tidak diterima, tapi juga anda akan dianggap membuat ibadah baru (bid’ah). […]

    Ping balik oleh Islam Dan Fatwa « Blog Tausyiah275 — Desember 11, 2011 @ 2:39 pm | Balas

  15. […] Aku cari-cari referensi di buku dan internet, serta bertanya kepada beberapa guruku, hasilnya, RASULULLOH SAW TIDAK MENCONTOHKAN MEMPERINGATI TAHUN BARU…bahkan dengan dzikir, ataupun ibadah apapun. Bahkan, di beberapa referensi, aku temukan bahwa itu adalah BID’AH..!!! […]

    Ping balik oleh Perlukah Merayakan Tahun Baru?? « Blog Tausiyah275 — November 14, 2012 @ 9:48 am | Balas


RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar