Bismillah,
Pertikaian yg terjadi antara JIL-ers dan anti JIL-ers kian ramai. Masing-masing pihak saling serang tokoh2 lawannya. Baik secara halus maupun dengan terang-terangan.
Belakangan ini para JIL-ers menyerang Fauzi Baadilla, yg dikenal sebagai salah satu tokoh anti JIL. Bahkan saya pernah baca, Fauzi memberikan (?) rumahnya di daerah Utan Kayu yg berlokasi (tepat?) di depan kantor JIL, untuk dijadikan markas oleh kelompok anti JIL.
Serangan yg dilakukan oleh para JIL-ers adalah dengan menunjuk aktivitas Fauzi, terutama terkait dengan menjadi host acara di televisi, yg banyak menampilkan perempuan dengan pakaian yg minim. Saya tidak akan menyediakan foto terkait hal ini, silakan anda cari sendiri. 🙂
Yang menjadi sorotan saya adalah sikap para anti JIL-ers terhadap serangan yg diterima Fauzi ini. Dari beberapa tweet yg pernah saya baca, intinya mereka berpendapat begini,“lebih baik begajulan daripada begaJILan”. Anda juga bisa temukan di sini.
Menurut saya, sikap ini aneh. Alih-alih menasehati atau mengajak Fauzi untuk tidak lagi menjadi pembawa acara yg isinya kurang baik, para anti JIL ini menganggap sikap ‘urakan’ Fauzi lebih baik daripada menjadi JIL.
Padahal dg menjadi pembawa acara yg kurang baik, mestinya Fauzi tahu bahwa dia akan menjadi sasaran tembak kaum JIL. Selain itu, bukankah di Islam sendiri sudah ada larangan untuk mendekati zina? Belum lagi dengan cara berpakaian para perempuan yg mengisi acara tersebut, nampaknya jauh dari perilaku Islami.
Saya sendiri belum pernah melihat acara tsb. Tapi dari hasil googling yg saya lakukan, isi acaranya yaa bisa diterka. 😉
Sementara itu, kata begajulan mempunyai arti yg kurang baik. Identik dg orang yg tidak mau diatur, lalu sikapnya melawan norma-norma masyarakat. Termasuk melakukan kejahatan, entah itu mencuri, mabok, ataupun hal2 yg (bisa jadi) terkait kriminal.
Malah, menurut saya, ada komentar yg lebih ‘menggelikan’ lagi ttg Fauzi Baadilla ini. Ada anti JIL-ers yg menganggap Fauzi mirip Umar. Saya malah bertanya-tanya, dari sisi apanya yg mirip Umar? Umar, setelah masuk Islam, meninggalkan semua perilaku jahiliyahnya. Lah, Fauzi sendiri masih menjadi pembawa acara yg nyerempet2. Ga perlu lebay deh!
Terkait dengan pembelaan (membabi buta) ini, salah satu komentar JIL-ers yg menurut saya cukup menohok adalah “anti JIL membela Fauzi karena sudah diberi markas (di daerah Utan Kayu, seperti yg saya sebut di atas).” Wah, jika tuduhan ini memang benar demikian adanya, saya hanya bisa termenung melihat saudara2 anti JIL-ers yg membela saudaranya hanya karena takut dicabut fasilitasnya.
Jika para anti JIL-ers sering menyebut para JIL-ers sebagai hamba dollar (yg mereka klaim, diberi oleh USA) lah sekarang mereka pun demikian, menjadi hamba rumah/sekretariat. ;-(
Saya tidak membela JIL ataupun anti JIL. Saya sudah pernah dicap anti JIL dan anti FPI, dan saya tidak akan pernah ambil pusing dg cap-cap seperti itu. Saya hanya mengajak para anti JIL utk mau berpikir lebih jernih, tidak fanatik. 😀
Khusus kepada saudaraku Fauzi Baadilla, mbok ya sampean bertobat dengan sebenar-benarnya tobat (taubatan nasuha), agar anda dan rekan-rekan anti JIL tidak dijadikan sasaran tembak terus menerus oleh JIL. Selain itu, juga Islam tidak dijadikan sasaran tembak berikutnya. Insya ALLOH, rejeki yg lebih halal (dan lebih banyak) akan anda peroleh jika anda memang punya niat yg sungguh2 utk bertobat.
Semoga berguna.